Selasa, 16 November 2010

gong perdamaian dunia

kampung Naga

Kampung Naga ( Dragon Village )

“Geografi”

Kampung Naga, merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal 4 ha. Luas perkampungan hanya 1,5 ha, selebihnya untuk areal persawahan atau perkebunan. Letak Kampung Naga pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya – Garut, yaitu pada kilometer ke 30 arah barat kota Tasikmalaya, dan dari kota Garut jaraknya 26 km. Secara administrative, Kampung Naga termasuk dalam kampong Legok Dage, desa Neglasari, kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya. Kampung Naga terlatak di antara bukit-bukit, itulah sebabnya mengapa disebut Kampung Naga. Kampung Naga juga terletak di dasar cekungan yang berbentuk mangkuk, sehingga jika kita ingin menuju ke Kampung Naga harus menuruni tangga yang jumlahnya 436( menurut hitungan saya ) dengan kemiringan 45° dan jarak kira-kira 500 m. tanah di Kampung Naga merupakan tanah yang subur, dibuktikan dengan banyaknya tanaman dan pohon yang banyak tumbuh di sekitar Kampung Naga.
Kondisi alam Kampung Naga sangat baik. Tanahnya sangat subur dan jenisnya Tanah Grumosol. Karena tanah di Kampung Naga merupakan tanah berlempung sehingga tingkat kesuburannya lumayan. Areal persawahan jiga dihitung-hitung luasnya 2,5 ha. Sawah di Kampung Naga dipanen dalam satu tahun dua kali panen. Begitu juga dengan lahan pertanian yang lain, seperti perkebunan dan hutan. Masyarakat Kampung Naga dibiasakan untuk bergantung pada alam, namun tidak meninggalkan keindahannya. Di areal Kampung Naga ada 2 hutan terlarang. Yaitu hutan yang ada di sekitar aliran Sungai Ciwulan dan hutan yang ada di sebelah barat kampung. Namun, menurut pandangan kami hutan tersebut tidak boleh dimasuki karena mengingat masyarakat Kampung Naga yang bergantung pada alam dikhawatirkan akan menggunduli hutan tersebut, karena jika gundul maka tidak akan ada yang dapat menahan tanah-tanahnya dan bisa terjadi longsor dan banjir. Sungai yang ada di Kampung Naga adalah Sungai Ciwulan. Sungai ini mengalir sepanjang tahun. Sungai Ciwulan arus airnya bisa dibilang sedang. Batu-batu kali yang banyak dan dalam berbagai ukuran juga ikut menghiasi sungai Ciwulan. Sungai Ciwulan ini mengitari Hutan Larangan.
Batas-batas Kampung Naga adalah sebagai berikut.
Utara → Parit Kecil / Saluran air kecil.
Selatan → Parit Kecil / Saluran air kecil.
Timur → Sungai Ciwulan.
Barat → Bukit-bukit kecil.
Rumah-rumah dan tempat penting lainnya di Kampung Naga semuanya menghadap ke utara / selatan. Hal ini dikarenakan supaya terjadi penyetaraan, yaitu jika matahari terbit, semua orang dapat menikmati sinar mentari dan atap rumah dapat tersinari. Dan jika hujan turun atap rumah akan terkena air hujan semua. Listrik di Kampung Naga juga tidak boleh masuk. Karena romah-rumah di Kampung Naga semuanya terbuat dari bambu dan atapnya terbuat dari rumbia, jika ada listrik kemungkinan bisa terjadi korsleting, dan munkin terjadi kebakaran. Nah, jika kebakaran melanda salah satu rumah, rumah yang lainnya akan terbakar. Dalam waktu yang singkat, semua rumah ludes terbakat karena terbuat dari bambu. Selain itu, jika ada listrik dikhawatirkan akan terjadi system kasta di Kampung Naga dan akan tumbuh kesenjangan sosial. Karena jika itu terjadi, ajaran yang telah diajarkan nenek moyang Kampung Naga sudah diabaikan. Dan Kampung Naga tidak asri seperti dahulu. Letak Kampung Naga yang berada di cekungan dan tanah yang subur mengakibatkan mata pencaharian warga Kampung Naga adalah sebagai petani, peternak, dan pekebun.