Jumat, 18 Februari 2011

Rabu, 09 Februari 2011

Sinopsis Jeppangwang Kim Tak Goo

Bab 1





Soo In Sook, istri dari seorang Presdir perusahaan roti terkenal di Korea Goo Il Jong, sedang melahirkan. Lalu mertua Soo In Sooh berdoa memohon agar anak yang dilahirkan laki-laki sebagai penerus keluarga. “ Tuhan, berkahilah kami supaya anak yang lahir kali ini adalah anak laki-laki.” Secara mengejutkan, kalung tasbih yang dipakai berdoa putus dan manik-maniknya jatuh berserakan seperti tau pertanda wanita tua itu akan kecewa.

Soo In Sook selesai melahirkan dan tidak sabar bertanya pada suster “ Suster, apakah anak yang saya lahirkan laki-laki ?” Ternyata anaknya seorang perempuan. dia itu sangat kecewa.

Presdir Goo-Il Jong yang sedang berada di kantornya mendapat laporan.
“ Tuan, Ny. Muda Soo In Sook telah melahirkan. Dan anaknya laki-laki.” Kata assistennya, Han Seung Jae. Dengan perasaan kecewa Presdir Goo mengatakan “ Ohh.. “
“ Apa anda akan pergi ke Rumah Sakit menjenguk Ny. Muda ?”
“ Kali ini aku ada meeting. Sampaikan pada ibu kalau aku akan datang terlambat.” Katanya dengan kecewa.



Ibu mertua dan asisten Goo Il Jong, Han Seung Jae datang menjenguk menantunya Soo In Sook. Ibu mertua melihat cucunya dan berkomentar tajam ke menantunya kalau ia berharap cucu laki-laki tapi si menantu hanya bisa melahirkan bayi perempuan. In Sook tanya ke mertuanya tentang suaminya, “ Ibu, dimana suamiku ?”
“ Suamimu masih di kantor, ada meeting yang harus diselesaikan. Mungkin dia akan datang terlambat nanti.” Jawab Ibu Mertua.

Setelah ibu mertuanya pergi, In Sook terlihat kesal, ia menyuruh Mi Sun membawa anaknya pulang ke rumah,“ Mi Sun, bawa Ja Kyung pulang ke rumah.”
“ Nyonya, apa kami boleh lebih lama lagi di sini ? Ja Kyung ingin melihan adiknya.”
“ Cepat bawa Ja Kyung pulang !” katanya sambil membentak.
“ Baik nyonya, saya permisi.”

Selepas pengasuh dan anaknya pergi, In Sook menatap bayi yang baru ia lahirkan lalu menangis. ia teringat percakapannya dengan seorang peramal beberapa waktu lalu.
In Sook meminta pria itu untuk melihat apakah ia di masa depan bisa melahirkan bayi laki-laki. awalnya pria itu menolak dan bilang ia hanya pengrajin pot biasa yang tidak bisa melihat masa depan. tetapi akhirnya pria itu bilang kalau In Sook selamanya tidak akan mendapatkan anak laki-laki. lalu In Sook gelisah apakah tidak ada cara lain? karena suaminya sangat mengharapkan anak laki-laki. si pengrajin itu malah jawab kalau suaminya akan mendapatkan anak laki-laki dari perempuan lain. dan In Sook akan melahirkan bayi laki-laki dari pria lain.

Lalu Il Jong pulang ke rumah sangat malam.saat masuk ke rumah berpapasan dengan Mi sun. lalu Mi Sun mengucapkan salam, selamat datang di rumah. asisten Han bilang ke Mi Sun kalau Il Jong terlalu banyak minum malam ini.

Tuan Goo duduk di ruang kerjanya. lalu perawat Mi Sun masuk dan menyiapkan peralatannya dan memeriksa tensi Presdir Il Jong. Presdir Il Jong terlihat memperhatikan Mi Sun. “Apakah istriku sudah pulang ?” Tanya Presdir.
“ Belum tuan Goo. Ny. Muda masih harus dirawat dan beristirahat di rumah sakit untuk beberapa hari.” Jawab Mi Sun tanpa penasaran.
“ Berapa umurmu tahun ini Mi Sun ?” Tanya Tuan Goo
“ 21 tahun tuan. Tuan, seharusnya tuan jangan banyak-banyak minum, karena itu bisa mengganggu kesehatan Tuan Goo.” Katanya dengan sabar dan tanpa penasaran sambil membereskan peralatannya. Saat Mi sun membereskan peralatannya,Presdir Il Jong membelai rambutnya. jelas aja Mi Sun jadi panik.

Petir menyambar-nyambar keras pada malam itu dan membuat Ja kyung terbangun dan memanggil unnie. “ Bibi Mi Sun.. Bibi Mi Sun.. “ suaranya dengan agak ketakutan karena mendengar petir. Sementara itu Mi Sun terpojok ke sisi meja dan bertanya,
"Presdir apa yang anda lakukan, anda terlalu banyak minum. anda seharusnya tidak seperti ini karena hal ini sangat berbahaya”. Kata Mi Sun
“ Itu karena kau sangat cantik, Mi Sun.“ kata Presdir sambul mendekati Mi Sun. Mi Sun terbuai dan membiarkan dirinya dicium. saat itu anak Il Jong, Ja Kyung menuruni tangga mencari Mi Sun.






























Bab 2





Setelah Tak Goo dan Man Hee ketahuan mencuri, Il Jong menyuruh Seung Jae melapor polisi, ia kemudian masuk ke pabrik. Sedangkan ayah Man Hee sangat menyesali kejadian ini, Tak Goo berpikir sejenak kemudian memanggil Il Jong dan berlari menghadangnya.
“ Tuan, maafkan saya, saya berjanji tidak kan mengulangi perbuatan ini lagi.” Tak Goo meminta maaf kepada Presdir.
“ Mengapa aku harus memaafkanmu ?” kata Presdir Goo
Tak Goo diam sejenak untuk memikirkan kata-kata yang akan ia utarakan.
“Aku mengatakan yang sebenarnya, kami masih terlalu muda untuk dibawa ke polisi bukan? saat ini adalah masanya kami dapat tumbuh berkembang, tidak dapatkah kau memaafkanku sekali saja? Jika kau memaafkan aku, aku bersumpah atas nama ibuku tidak akan melakukannya lagi”. Kata Tak Goo.
“Itu tak cukup, kau berani untuk mencuri roti tapi kau takut untuk bertanggung jawab atas kesalahanmu” kata Presdir Goo, sementara itu Ma Joon tersenyum senang.
“Jika kau tidak punya banyak keberanian, maka hanya sedikit alasan untuk memaafkanmu” kata Presdir Goo santai. Presdir Goo meninggalkan Tak Goo yang masih berlutut. Sementara itu Tak Goo hanya diam,dia mengepalkan tangannya.

Disebuah kedai, Mi Sun diperingatkan oleh pemilik kedai bahwa kerjaannya tidak memenuhi harapan, Mi Sun meminta maaf. Tiba-tiba Yu Kyung pulang dan hanya melewati mereka berdua. Pemilik kedai menegur Yu Kyung. “Hei, jika kau melihat orang kau harus memberi salam” katanya. Yu Kyung berhenti dan memberi salam Mi sun. Ketika Yu Kyung masuk kamar, Mi Sun melihat bekas luka yang ada di kaki Yu Kyung namun pemilik kedai tidak peduli. Pemilik kedai memberikan uang gaji lebih pada Mi sun, ia pulang dengan senang.

Mi sun pulang dengan berseri-seri karena ia punya uang untuk bayar sewa rumah. Di depan rumah ia bertemu ibu Man Hee. Mi Sun menyodorkan uang kepada ibu Man Hee untuk membayar sewa rumah namun ibu Man Hee menolak karena ada masalah besar. Mi Sun bingung, ia mengikuti ibu Man Hee yang terlihat cemas.

Sesampainya di kantor polisi, Mi Sun kaget karena Tak Goo ada disana.
“Mengapa kau disini? Apa yang kau lakukan?” Tanya Mi Sun marah.
“Ia pergi ke pabrik roti dan mencuri roti” kata polisi. Mendengar hal itu Mi Sun lemas, sedangkan ibu Man He memarahi Man Hee habis-habisan.
“ Bagaimana kau bisa melakukan itu, hanya karena ayahmu bekerja disana. Bagaimana kau bisa mencuri ditempat dimana dia bekerja?” Kata ibu Man Hee sambil memukulnya. Man Hee membela diri sambil menangis, ia mengatakan Tak Goo yang memintanya karena ia ingin makan roti. Mendengar hal itu Mi Sun terkejut. Sedangkan Tak Goo menatap Man He tajam.
“Mengapa kau membuatnya mencuri?” Bentak Mi Sun.
“Aku tidak mencuri, aku hanya benar-benar ingin makan roti itu, makanya aku membawa mereka” kata Tak Goo. Alih-alih Ibu Man He memarahi Tak Goo, dia malah dibentak Mi Sun balik, ibu Man Hee hanya bisa diam terpana karena dia tak menyangka bahwa Ibu Tak Goo seperti itu. Mi Sun mendekat ke polisi “Aku akan membayar semua roti yang ia curi, berapa harganya? Tanya Mi Sun. “Sekarang bukan masalah harga, mereka mencuri ketika presiden direktur Il Jong tiba. Ia mengatakan bahwa ia ingin mengajukan tuntutan, maka aku tidak bisa melepasakan mereka begitu saja” kata polisi. Mi Sun terpaku diam tak bisa berkata-kata.

Mi Sun pergi ke pabrik dengan tekad untuk membebaskan anaknya, setelah sampai disana tiba-tiba ia melihat Il Jong dan anaknya, ia sedang memberikan instruksi pada anak buahnya. Hati Mu Sun menciut, ia bersembunyi di balik dinding pabrik. Namun setelah beberapa saat ia kembali memberanikan niatnya, belum mencapai 1 langkah, ia sudah terhenti, Il Jong sudah bersiap menuju mobilnya dan parahnya disitu ada Seung Jae. Memorinya kembali teringat ketika Seung Jae mengancamnya untuk tidak menampakkan dirinya dihadapan Il Jong lagi, jika tidak ia akan mati. Mi Sun mengurungkan niatnya. Mobil Il Jong mulai bergerak, Mi Sun membalikkan tubuhnya ke tembok, Seung Jae menengok ke arah Mi Sun namun ia tidak melihat wajah Mi Sun begitu pula dengan Il Jong yang melihat dari kaca spion.

Setelah dari pabrik roti Goo Il Jong, Mi Sun kembali lagi ke kantor polisi, berhubung dari pihak pabrik tidak ada tuntutan tindak lanjut polisi membebaskan Tak Goo dan Man Hee. Mi Sun membawa Tak Goo ke toko roti. Mi Sun menyuruh Tak Goo memakan roti sepuasnya.
“Tak Goo, maafkan ibu, ibu bahkan tidak bisa membelikan apa yang kau inginkan karena aku begitu sibuk sehingga banyak hal yang tidak bisa ku lakukan untukmu, ibu sangat menyesal” kata Mi Sun agak menyesal. Mendengar hal itu Tak Goo hampir menangis, air matanya sudah di pelupuk mata.
“Tak Goo, tau kah kau bahwa kau sangat berharga bagiku? Meskipun orang-orang mengatakan mereka bisa memberikan segalanya itu adalah sesuatu yang tidak bisa diperdagangkan, didunia ini hanya kau satu-satunya miliku.” Kata Mi Sun kepada anaknya yang paling ia sayangi.
“Aku tahu ibu” kata Tak Goo menangis. Lalu Tak Goo memakan roti yang telah dipesan oleh ibunya. Dia memakan sambil menangis.
“ Makanlah yang pelan anakku. Minum air ini, nanti kamu bisa tersedak.” Kata Mi Sun penuh perhatian.



Ma Joon menemui neneknya di kamar neneknya. Nenek Goo benar-benar tidak suka dengan sikap Ma Joon yang manja. Ia menceritakan perjuangan ayahnya ketika masih muda, bangun sebelum fajar, memotong kayu setelah sekolah, malamnya ia belajar.
“Aku tahu itu nek, nenek sudah mengatakannya jutaan kali ”kata Ma Joon agak bosan.
“ Setelah jutaan kali ku katakan namun kau tak mengerti.” kata Nenek Goo dengan suara tinggi. Bagi Ma Jun suara itu seperti bom yang sedang meledak.
“Tidak peduli seberapa banyak yang diberikan ayahmu, jika kau tidak bisa sendiri itu percuma” kata nenek.“ Baiklah, berapa kali yang kau mau?” Tanya nenek,
“Terserah, sebanyak yang nenek inginkan.” tantang Ma Joon, mendengar hal itu Nenek Goo hampir shock.
“Baiklah aku mengerti, semua yang kau lakukan dan katakan persis seperti ibumu.” kata Nenek Goo.


Ma Joon mulai dipukul neneknya.
“ Sebelum kau mengatakan menyesal, aku akan memukulmu seratus kali atau sampai seribu kali!” kata nenek marah. Ma Joon mulai menjerit-menjerit. Sementara itu diluar ruangan In Sook dan Seung Jae mendengarnya tidak tega. Apalagi In Sook, dia mondar madir diluar ruangan. Merasa tidak tega dengan rintihan Ma Joon, In Sook berusaha masuk namun dicegah Seung Jae.
“Biarkan saja” kata Seung Jae menenangkan Seo In Sook.
“Kalau kau meninggalkannya, apakah aku harus mendengar rintihannya sepanjang malam? Akau tidak bisa melakukan itu” kata In Sook khawatir.
“ Jika kau masuk, ini akan memperburuk keadaan” seru Seung Jae. In Seok berusaha masuk, naman dicegah lagi oleh Seung Jae.
“Jika ada seseorang yang masuk, maka akulah yang akan masuk” kata Seung Jae.

Meski nenek telah memukulnya sebanyak 70 kali, dia juga belum mengatakan menyesal atas perbuatannya, Sampai-sampai nenek sudah lelah, sedangkan Ma Joon hanya menangis dan menangis tanpa menyesali perbuatannya.

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu, Seung Jae masuk. “Jika kau kesini untuk membelanya maka pergilah.” Seru Nenek Goo kesal. “Nyonya saya hanya menghawatirkan kesehatan anda.” Kata Seung Jae. “Aku masih kuat memukulnya.” Kata Nenek Goo. Mendengar hal itu tangisan Ma Joon semakin keras.

In Seok masuk tiba-tiba, nenek dan Seung Jae kaget. In Seok menyuruh Ma Joon pergi ke kamarnya. Nenek Goo menjadi marah, ia tak menyangka menantunya bisa menentangnya.
“Ibu berhentilah melakukan yang kau inginkan!” Teriak In Sook. Nenek shock mendengar hal itu.
“Ma Joon adalah cucu yang kau inginkan, mengapa kau begitu kejam padanya!” Seru In Sook.
“Buat apa kau melahirkan seorang anak bila kau tidak mendidiknya secara benar, jika kau mendidiknya dengan benar hal ini tidak akan terjadi!” Sindir Nenek Goo.
“Ibu, jujur saja kau masih membenciku kan? Karena aku menyingkirkan Mi Sun. dan ibu masih mengharapkan anak Mi Sun. Apakah itu sebabnya kau memperlakukan Ma Joon seperti itu, ibu mana yang sanggup melihat anaknya dipukul, ini membuatku gila!” Teriak In Sook kasar. Nenek sudah tidak sanggup lagi mendengar perkataan In Sook. Ia mengusirnya dari kamar.

In Sook keluar dari kamar nenek, hatinya sepertinya lega telah mengatakan semuanya dan seperti biasa ketika In Sook merasa terpojok atau stress, pasti larinya ke minuman. Sementara itu dikamarnya Nenek Goo masih shock atas apa yang didengar dari mulut menantunya.

Dikamar Ma Joon, Seung Jae membantu Ma Joon mengoleskan krim.
“Mengapa kau begitu keras kepala? Kau hanya harus bilang menyesal.” kata Seung Jae.
“Aku berharap nenek tidak ada.” kata Ma Joon sambil merintih kesakitan. “Jangan khawatir nenek tidak akan menyentuhmu ketika kau dewasa.” seru Seung Jae menenangkan.
“Namun dia hanya membenciku!” teriak Ma Joon.
“Jangan khawatir, kau hanya harus berpikir sesuatu yang besar dan mimpi yang besar.” kata Seung Jae.
“Aku akan membuatmu lebih besar dari ayahmu.”
“Kau hanya sekretaris, bagaimana bisa kau melakukan itu?” Seru Ma Joon. Seung Jae mendekat ke arah Ma Joon.
“Aku bahkan siap menjadi orang yang rela mati untukmu, ingat itu.” ungkap Seung Jae.

Sementara itu, Tak Goo tidak bisa tidur. Kata-kata Il Jong selalu terngiang di telinganya (Jika kau berani mencuri seharusnya kau berani untuk bertanggung jawab, jika kau adalah pengecut maka aku tidak akan memaafkanmu).

Keesokan harinya, Man Hee dan Tak Goo bersiap ke sekolah, ketika mereka sudah pergi ibu Man Hee mengatakan pada Mi Sun untuk pindah pada akhir bulan. Sementara itu diluar pagar rumah Man He meminta maaf pada Tak Goo atas kejadian pencurian itu. Namun Tak Goo tidak mendengarkannya. Mendengar Ibu Man Hee mengusirnya, Mi Sun mulai mencari akal seperti membayar uang sewa bulanan terus membantu ibu Man Hee mencuci pakaian. Mi Sun mengatakan untuk memaafkannya sekali ini saja bila kejadian ini terulang ibu Man Hee tidak perlu mengusirnya, dia akan pergi mengepak tasnya. Ketika Mi Sun keluar, ia kaget karena Tak Goo masih belum berangkat. Tak Goo mendengar semua pembicaraan ibu Man Hee dan ibunya. Tak Goo sangat sedih.

Sepanjang jalan menuju sekolah, Tak Goo memikirkan ibunya ketika meminta maaf kepada ibu Man Hee karena ulahnya. Sementara itu dipinggir jalan Tak Goo melihat tukang rosok yang sedang menawarkan rongsokannya yang masih bisa dipakai. Tak Goo mengampiri tukang rosok dan mengatakan “Jika aku membawa beberapa barang akankah kau membayarku?” Tanya Tak Goo.

Akhirnya Tak Goo mulai mengumpulkan barang-barang bekas, setoran pertama ia mendapat uang, dari jarak jauh Man Hee melihatnya. Tak Goo mencari bahan bekas sampai larut malam dan hujan-hujanan, sampai-sampai Tak Goo tidur dikelas dan akhirnya dimarahi gurunya. Setelah pulang sekolah Tak Goo lagi-lagi langsung pergi untuk mengumpulkan barang bekas. Ia bertemu teman-temannya dijalan. Dan semua temannya memberikan barang perabot rumah tangga bekas pada Tak Goo. Sementara itu ibu Man Hee mencari baskomnya yang hilang. Gara-gara merasa bersalah, Man Hee mengambil baskom milik ibunya, sampai-sampai ibunya kebingungan mencari baskom itu. Untuk kedua kalinya Tak Goo mendapat uang. Semua teman-temannya senang melihatnya.


Setelah selesai menjual barang-barang rongsokan tadi, mereka berkumpul di bawah pohon untuk menghitung hasil yang mereka dapatkan.
“Uang ini untuk apa Tak Goo?” Tanya Man Hee.
“Aku akan menggunakannya untuk mengembalikan martabatku dan ibuku.” kata Tak Goo. Tak Goo mengajak temannya pergi namun belum-belum langkah Tak Goo langsung lari bersembunyi dibalik pohon, ternyata Yu Kyung sedang lewat. Melihat hal itu teman-temannya heran. Temannya perlahan mulai memahami kalau Tak Goo menyukai gadis itu. Namun kata Man Hee, ibunya melarang berteman dengan anak yang bapaknya penjual anggur dan ibunya sebagai penghibur. Tak Goo menjawab bahwa cinta tidak peduli akan itu semua. Manusia sejati tidak akan melihat latar belakang seseorang. Dengan serentak teman-temannya mengatakan “Cieee,,,,”

Sesampainya dirumah Yu Kyung seperti biasa melihat ibunya sedang menemani pria hidung belang sambil bernyanyi. Kemudian Yu Kyung masuk kamar mengendap-ngendap agar tidak ketahuan ayahnya yang sedang tidur.

Tak Goo mendatangi presdir Il Jong dan memberi salam. Ayah Man Hee menyuruhnya keluar namun ia menolaknya.
“Bukankah kau yang mencuri roti?” Tanya Il Jong,
“Aku bukan pencuri tapi aku Kim Tak Goo.” Jawab Tak Goo dengan lantang.
“Baiklah apa yang kau inginkan?” Tanya Presdir Goo. Tak Goo mengeluarkan uang dan memberikannya pada presdir sebagai ganti harga roti yang telah ia ambil.
“Kau mengatakan aku mempunyai keberanian mencuri namun tidak mempunyai keberanian untuk bertanggung jawab bukan? Jujur saja itu membuatku malu sampai-sampai aku tak bisa tidur, jadi aku menjual barang-barang bekas untuk membayar harga roti, aku tahan bila lapar tapi tidak tahan bila malu, jadi terimalah uang ini.” Seru Tak Goo tegas. Mendengar hal itu presir tertawa.
“Kau benar-benar lucu” kata Il Jong sambil tertawa. “Apa tujuanmu?” Tanya Il Jong.
“Jika kau tak percaya aku adalah siswa SD Shin Dong kelas 5 SD dan namaku Kim Tak Goo, Tak artinya kemuliaan dan Goo artinya meraih.” Kata Tak Goo dengan semangat yang membara. Mendengar hal itu Il Joong langsung pucat, memorinya teringat ketika ia mengatakan itu pada Mi Sun. Akhirnya Presdir Goo menerima uangnya dan menyuruh Tak Goo untuk melupakan kata-kata itu. Tak Goo sangat senang mendengar hal itu, ia pulang dengan kepala terangkat. Sebagai gantinya Presdir Goo memperintahkan anak buahnya untuk mengirimkan roti ke sekolah Tak Goo.

Dikelas Tak Goo sangat ramai. Para siswa senang karena mendapat kiriman roti, ibu guru mengatakan untuk bersyukur dan makan bersama atas hadiah yang diberikan Presdir untuk Tak Goo . Teman-temannya memberi tepuk tangan untuk Tak Goo.

Sementara itu Ma Joon kesal karena ayahnya begitu baik kepada Tak Goo.
“Mengapa kau begitu khawatir?” Tanya Seung Jae.
“Semenjak aku lahir aku belum pernah melihat ayah seperti itu, bahkan ayah tersenyum. Apa yang tidak bisa aku lakukan, ia bisa melakukannya!” kata Ma Joon.

Mi Sun akhirnya tahu kalau Tak Goo menemui presdir lagi. Mi Sun terlihat tidak senang.
“Ibu aku tak bisa hanya menghindar dan tidak melakukaan apapun” seru Tak Goo. Jadi itulah sebabnya aku menjual barang bekas untuk membayar roti kata Tak Goo.
“Apa yang dia katakan?tanya Mi Sun penasaran.
“Dia mengatakan aku pemberani!” seru Tak Goo sambil tersenyum lebar. Mi Sun terlihat hampir menangis, matanya berkaca-kaca karena dia bangga Presdir Goo mengatakan itu pada Tak Goo. Namun Mi Sun melarang Tak Goo untuk tidak pergi ke pabrik roti milik Presdir Goo lagi. Karena dia takut jika Tuan Han benar-benar akan janjinya, yati akan membunuh Mi Sun ataupun Tak Goo jika meraka bertemu lagi.
“Tak Goo jangan pernah ke pabrik lagi, presdir sangat sibuk jadi kau jangan mengganggunya.” ucap Mi Sun.
“Baiklah ibu, aku mengerti. Aku akan menjadi seseorang yang besar seperti presdir dan akan membelikan ibu baju yang cantik.” kata Tak Goo. Mendengar hal itu Mi Sun keluar karena tak tahan untuk menahan tangisnya.

Dari kejauhan Seung Jae mengamati Mi Sun, ternyata Seung Jae ingin memastikan apakah Tak Goo adalah anak Mi Sun ? Ternyata benar dugaan Seung Jae., Seung Jae terpana ketika melihat Mi Sun.

Ternyata, Seung Jae diperintah oleh Presdir Goo untuk menyelidiki apakah benar Tak Goo adalah anak Mi Sun. Namun Seung Jae melaporkan hal sebaliknya, ia mengatakan itu bukanlah Mi Sun dan anaknya. Namun, Presdir tidak percaya pada Seung Jae begitu saja.

Ketika akan berangkat sekolah, tidak sengaja disungai Tak Goo melihat Yu Kyung sedang membersihkan hidungnya yang berdarah. Tak Goo penasaran dan mendekati Yu Kyung dan dia melihat memar-memar ditangan Yu Kyung. Tanpa basa-basi, Tak Goo menanyakan hal tiu pada Yu Kyung.
“Siapa yang melakukan itu?”tanya Tak Goo. Namun Yu Kyung tidak menjawab dan meninggalkan Tak Goo begitu saja. Namun ternyata tas Yu Kyung ketinggalan. Tak Goo mengejar Yu Kyung, “Katakan siapa yang melakukan itu?” Tanya Tak Goo.
“Jika kukatakan siapa yang melakukan ini, apa yang akan kau lakukan?” Tanya Yu Kyung.
“Katakan padaku apa yang harus aku lakukan, memukulnya 1, 2 atau 3 kali?” Tanya Tak Goo sambil tersenyum.
“Bunuh dia!” perintah Yu Kyung. Sontak Tak Goo terkejut.
“Maaf, aku tidak tahu bagaimana cara membunuh, siapapun itu tapi biarkan aku membuatmu tertawa. Tak Goo kemudian bernyanyi dan memperagakan tariannya, alih-alih tarian dan nyanyiannya itu membuat Yu Kyung tertawa, Yu Kyung malah diam aja, tersenyumpun tidak.

Melihat Yu Kyung yang sama sekali tidak tertawa membuat Tak Goo kikuk. Akhirnya ia pergi meninggalkan Yu Kyung, baru beberapa langkah Tak Goo mengangkat kakinya dan (preeeeeeettt). Tak Goo kentut. Melihat hal itu Yu Kyung ingin tertawa namun ia tahan. “Lihat, lihat, kau tertawa sekarang ?”. Dan sekali lagi (preeeettt), Tak Goo kentut lagi. Senyum Yu Kyung semakin mengembang. “Aku sudah sekelas denganmu selama 6 bulan namun baru kali ini aku melihat senyumu” seru Tak Goo senang. Kemudian Tak Goo pamit.

Tiba-tiba ayah Yu Kyung muncul dibelakangnya. Yu Kyung kaget.”Apa kau suka dia? Apa kau tau seperti apa ibunya?” tanya ayah Yu Kyung sambil melihat Tak Goo. Ayah Yu Kyung menyeret Yu Kyung sedangkan Yu Kyung meminta maaf.

Sementara itu Tak Goo melihat kejadian itu dari jarak jauh. Ketika ayah Yu Kyung hendak memukul Yu Kyung, Tak Goo mencegahnya, namun sayang malah Tak Goo yang akan dipukul, Tak Goo menghindar dan berlari diantara tiang-tiang yang diatasnya ada tumbukan batu bata. Ayah Yu Kyung mengejar, karena tubuhnya besar ia menyenggol tiang, alhasil semua tumpukan bata menjatuhinya. Ayah Yu Kyung pingsan.

Tak Goo dan Yu Kyung terkejut atas kejadian tersebut. Tak Goo mendekati ayah Yu Kyung yang sedang pingsan. Tak Goo berusaha membangunkan ayah Yu Kyung namun tak ada jawaban. Tak Goo menyuruh Yu Kyung untuk meminta bantuan namun Yu Kyung menolak, ia malah mengajak Tak Goo kabur. Tiba-tiba ayah Yu Kyung memeganga tangan Tak Goo, Tak Goo sangat terkejut, dia berusaha melepaskan tangannya.


Sementara itu Mi Sun pulang membawa ikan yang ia beli dari pasar. Ketika hendak masuk rumah betapa terkejutnya dia ketika Seung Jae ada didepan rumahnya.

Ditepi sungai, Seung Jae dan Mi Sun bertemu. “Sudah 12 tahun kita tidak bertemu, anakmu terlihat cerdas”kata Seung Jae. Seung Jae menunduh Mi Sun bahwa ia telah merencanakan pertemuan Tak Goo dengan Presdir Goo. Jelas saja Mi Sun menjawab tidak, itu hanya kebetulan. Namun Seung Jae tak lantas percaya, setelah kejadian beberapa hari ini ia mengganggap itu semua rencana Mi Sun. Seung Jae menarik kerah Mi Sun “Sudah ku katakan jangan memperlihatkan wajahmu padaku dan presdir, apa kau ingin tau apa yang akan aku lakukan? Aku tak akan bisa menjagamu, apapun yang terjadi kepadamu itu terserah kamu, semua pilihan terserah kau.” Kata Seung Jae sambil meninggalkan Mi Sun.

Mi Sun gugup, ia pulang kerumah. Ia mencari Tak Goo, takut bila terjadi sesuatu dengannya, namun Mi Sun tidak menemukannya. Ia mencari Tak Goo keluar rumah namun ia tidak menemukannya. Dia sudah menanyakan pada orang-orang yang ia lewati. Mi Sun menangis.

Tak Goo dan Yu Kyung bersembunyi sampai malam. “Apa kau tidak lapar?”Tanya Tak Goo, Yu kyung mengangguk. Tiba-tiba perut Tak Goo berbunyi, dia malu terhadap Yu Kyung. “Pulanglah, aku juga akan pulang” seru Yu Kyung. Tak Goo menawarkan Yu Kyung untuk tinggal ditempatnya, karena ia khawatir Yu Kyung akan di pukul lagi, namun Yu Kyung menolak. Sebelum pulang, Yu Kyung meminta Tak Goo untuk memperagakan nyanyian dan tariannya sekali lagi.

Di tengah pasar, Tak Goo bertemu ibunya. Mi Sun sangat cemas. Ia melihat keadaan Tak Goo. Sementara itu diarah kejauhan Seung Jae melihat mereka dari dalam mobil.

Yu Kyung ke kantor polisi namun ia tidak masuk,ia hanya memandanginya dari jarak jauh berharap polisi membantunya ketika ayahnya memukulnya. Dari arah belakang ayah Yu Kyung datang. Ia bertanya siapa nama anak yang berani melawannya. Namun Yu Kyung berpura-pura tidak tahu.

Sesampainya dirumah, Mi Sun bergegas untuk mengepaki barangnya. Dengan gugup ia mulai memasukkan pakaian2 mereka kedalam tas. Tak Goo dibuat bingung olehnya. “Ibu apa kita melakukan sesuatu yang salah?”Tanya Tak Goo. “Mengapa kita harus seperti ini terus”. Mi Sun mulai memarahi Tak Goo karena ia mulai banyak Tanya. “Aku tak mau pergi, aku lebih suka disini. Mengapa setiap aku sudah memliki teman kita harus pindah? Sampai kapan kita hidup begini bu? Aku benci jika selalu melarikan diri, aku tak mau ”kata Tak Goo balik marah kemudian keluar kamar.

Sementara itu dirumah Yu Kyung, ia sedih melihat keadaan kelurganya seperti itu, bapaknya pemabuk, ibunya wanita penghibur. Ia pun bernyanyi seperti nyanyian Tak Goo dengan nada sedih. (syair nyanyiannya seperti ini mian klo salah translate : Lepas pantai Incheon, kau mungkin akan menemukan soda, namun jika kau tidak memiliki cangkir, maka kau tak akan dapat meminumnya sama sekali). Sementara itu Tak Goo pun merasa sedih, sama hal yang dilakukan Yu Kyung, ia pun bernyanyi dengan nada sedih. ia hanya dapat memandang bintang di luar rumah. Didalam rumah Mi Sun hanya bisa mengangis.

Masih terjadi perang dingin antara In Sook dan mertuanya. Sampai2 nenek tidak mau makan bersama In Sook ia pun meninggalkan ruang makan dengan alasan percernakannya tidak sehat. In Sook mengatakan pada Il Jong bahwa pesta ulang tahunnya akan dilaksanakan besok ditaman rumah, namun IlJong tidak menyambut baik.ia malah meninggalkan ruang makan untuk menlihat keadaan ibunya.

Sambil melihat Tak Goo tidur. Mi Sun mulai memikirkan kata2 Tak Goo “ Ya kau memang benar Tak Goo, kau punya kehidupan sendiri” seru Mi Sun sambil menyelimuti Tak Goo.

Esok harinya Mi Sun berdandan sangat rapi dan cantik. Ia kemudian membangunkan Tak Goo. Tak Goo sangat terkejut dengan penampilan ibunya. Mi Sun mengatakan mereka tidak akan lari, namun akan pergi ke suatu tempat.

Sementara itu dirumah keluarga Goo, perayaan ulang tahun Il Jong telah dimulai, banyak para tamu undangan yang datang. Sementara itu nenek Goo merasakan firasat yang membuatnya merasa gugup dan sesak. Tak Goo dan ibunya sampai di rumah Il Jong. Tak Goo terkagum2 melihat rumah yang sangat begitu besar. “Ibu rumah siapa ini?”Tanya Tak Goo. “Rumah ayahmu” jawab Mi Sun. mendengar hal itu Tak Goo sangat terkejut. Mi Sun membawa Tak Goo masuk namun dihalangi para penjaga karena Mi Sun tidak bawa undangan. Mi Sun meminta untuk bertemu dengan presdir Il Jong. Alih2 lapor ke Il Jong, para penjaga malah lapor ama Han Seung Jae. Mendengar laporan itu Seung Jae sangat terkejut kemudian ia menemui Mu Sun. Seung Jae berusaha mengusir Mi Sun dan mulai mengancamnya. Namun sayang ancaman itu tidak mempan bagi Mi Sun.

Mi Sun berusaha masuk, namun dihalangi oleh petugas pintu. Seung Jae memerintahkan petugas untuk membawa Mi Sun pergi. Mi Sun diseret keluar. Namun tidak dengan Tak Goo. Tak Goo lepas dari perhatian Seung Jae. Ia pun berlari kedalam rumah sambil memanggil nama Presdir. “Predisen, tolong kami” teriak Tak Goo sambil berlari. Sementara itu Seung Jae baru sadar dan turut mengejarnya. Namun suara Tak Goo sudah terdengar oleh presdir dan seluruh para tamu undangan termasuk In Sook dan Ma Joon.

























Bab 3









Tak Gu dapat ide, dia ingin minta bantuan pada presiden untuk menolong ibunya, dia lari dengan bebas menuju rumah presiden dan berteriak, "tolong! tolong!". Manager Han kaget melihat Tak Gu lari dan langsung mengejar Tak Gu. Tak Gu bingung ketika sampai di depan rumah, rumah itu sangat besar dan dia tidak tau mau minta bantuan ke mana, akhirnya Tak Gu sampai ke sebuah pintu dan membukanya, dia terkejut mendapati banyak orang di halaman sedang berpesta.

Orang-orangpun tidak kalah terkejut melihat seorang anak yang teriak-teriak, mereka semua menatap penasaran pada Tak Gu, tak terkecuali presiden dan istrinya. Ma Jun mengenali Tak Gu dan bergumam, "Apa yang dilakukan anak itu di sini?" Gumamnya kesal sekaligus penasaran.


Tak Gu melihat ke arah orang-orang dan akhirnya melihat Presdir Goo, dia mau melangkah ke tempat presiden ketika tiba-tiba dari belakang Manager Han menarik Tak Gu untuk pergi.

Manager Han menjelaskan dan meminta maaf kepada tamu undangan "Mohon jangan khawatir, bukan apa-apa" dan langsung menarik Tak Gu. Tapi presiden memerintahkan Manager Han untuk berhenti dan tanya ada masalah apa dan kenapa bocah itu (Tak Gu) bisa ada di tempat ini. Manager Han meyakinkan presiden, dia bisa mengatasi anak itu (Tak Gu) dan menarik Tak Gu (lagi..!!) dan kali ini Tak Gu langsung ngomong lebih tepatnya teriak ke Presdir, "Presdir, tolong selamatkan ibuku, laki-laki ini membawa ibuku." Manager Han tidak tahan lagi dan kemudian menutup mulut Tak Gu. Lalu Presdir menyuruh Manager Han berhenti membekapnya.


Mi Sun menunggu dengan cemas di pos keamanan dengan dijaga oleh 2 penjaga tadi, Mi Sun mendengar Tak Gu memanggilnya. dan berlari menyongsong anaknya. Tak Gu berkata dengan ceria : "ibu..ibu...itu Presdir.". Mi Sun terkejut melihat presiden datang dengan rombongan sekeluarga.

Dengan percaya diri Mi Sun melangkah maju menghampiri rombongan keluarga itu. Setelah melihat dari dekat Nyonya Seo langsung shock melihat Mi Sun. Mi Sun menyapa dan basa-basi lalu menunduk hormat pada presiden dan Nyonya Seo. Presiden hanya bisa bengong. Mi Sun lalu menyuruh Tak Gu untuk menyapa presiden, dia mengatakan kalau presiden itu adalah ayahnya. Tak Gu dan juga Trio Goo (Ja Kyung, Ja Rim dan Ma Jun) shock mendengar pengakuan Mi Sun. Nyonya Seo masih tidak percaya Mi Sun berani menampakkan mukanya dan mengakui Tak Gu sebagai anak suaminya.

Bibi Gong memberitahu nenek kalau Mi Sun datang ke rumah membawa seorang anak laki-laki, nenek kaget tapi senang. dia tersenyum. Di ruang tamu, Tak Gu merasa canggung dipandangi terus oleh Trio Goo dan Nyonya Seo. Lalu nenek datang dan Mi Sun berdiri menyapa nenek. Nenek melihat Mi Sun, lalu tersenyum melihat Tak Gu yang menghormat kepadanya. Nyonya Seo hanya diam saja, terlihat sangat tidak senang.

Di kantornya, presiden meminta penjelasan pada Manager Han. Presiden marah pada Manager Han yang menutupi masalah itu darinya dan membohonginya. Manager Han berkilah, dia hanya mencoba untuk menjaga harmoni dan ketentraman di rumah (keluarga ) presiden. Presiden berteriak marah, urusan harmoni dan ketentraman keluarganya diputuskan olehnya, bukan Manager Han. Presiden hanya meminta loyalitas Manager Han dan bukan pemikirannya. Manager Han mengerti. "Jika kau ingin menyembunyikan sesuatu dariku, lakukan dengan benar. Artinya, jangan lakukan apapun (karena presiden pasti juga akan tahu). Dan jika kau berusaha mencampuri urusan keluargaku lagi, aku tidak akan membiarkannya, meskipun itu kau!", tegas presiden.

Nenek terus memandangi Tak Gu dan bilang kalau Tak Gu sangat mirip dengan ayahnya ketika dia kecil. nenek menanyakan nama Tak Gu. Mi Sun menegur Tak Gu karena Tak Gu diam saja dan tidak menjawab pertanyaan nenek. Tak Gu bersuara "namaku Kim Tak Gu", nenek heran "Tak Gu?" Tak Gu menjelaskan pada nenek, " Tak untuk Kemuliaan dan Gu untuk Meraih, jadi namaku Kim Tak Gu". Ja Rim tertawa mendengar penjelasan Tak Gu dan langsung diam ketika yang lain melihatnya dengan dingin, Mi Sun menjelaskan kalau nama Tak Gu diberikan oleh presiden, dan nama keluarganya mengikuti dirinya. Nenek mengerti.

Nyonya Seo bertanya dengan sinis, "jadi apa alasanmu menbawa anak ini kemari dan membuat orang-orang tidak senang? apa yang kau inginkan dengan datang kemari secara dramatis?" " Alasan apa yang diperlukan anak untuk bertemu dengan ayahnya?", bela nenek. Nyonya Seo kesal dan teriak pada nenek, "anak? anak siapa yang kau maksud?".

Presiden datang dan menegur istrinya yang tidak sopan, dia lalu menyuruh Trio Goo untuk naik ke kamar mereka, ketiganya berjalan dengan enggan. Presiden menanyakan maksud kedatangan Mi Sun ke rumah, dia menuduh Mi Sun datang karena uang, Mi Sun membantah, dia tidak datang untuk uang, tapi dia datang meminta tanggung jawab presiden sebagai ayah Tak Gu dengan mengijjinkan Tak Gu tinggaal di rumahnya sebagai anaknya. Tak Gu kaget dengan kata-kata ibunya. Nyonya Seo tersenyum sinis tidak percaya.

Trio Goo ternyata mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan Mi Sun dari lantai atas, mereka kaget. Presiden dengan enteng menjawab: "jadi itu yang kau inginkan?". Mi Sun mengangguk. Nenek juga setuju Tak Gu tinggal bersama mereka tapi Nyonya Seo langsung protes, dia tidak akan mengijinkan anak rendahan masuk ke keluarganya. Nenek berkeras, Tak Gu berhak tinggal karena dia adalah anak laki-laki presiden dengan Mi Sun, dia punya keterikatan darah dengan keluarga itu. Nyonya Seo tetap tidak terima, anak laki-lakinya hanya satu yaitu Ma Jun, tidak ada yang lain. Nenek bertanya diplomatis : "jika kau tidak setuju, apa kau mau presiden punya dua keluarga?". Nyonya Seo tidak bisa menjawab. "Tidak ada pilihan lain, tidak bisa tidak kau harus menerima Tak Gu, karena jika kau menolak, maka presiden akan tinggal dalam dua keluarga (keluarga Nyonya Seo dan keluarga Mi Sun). Jika itu pilihanmu, kau tidak perlu menjaga Tak Gu", lanjut nenek mendesak menantunya itu. Presiden lalu meminta ibunya untuk berhenti berdebat karerna presiden sudah memutuskan akan menjaga Tak Gu jika memang itu yang diinginkan ibunya.

Nyonya Seo tentu saja kesal dan tidak terima. Presiden meminta semuanya untuk memenuhi keinginan ibunya. Nenek puas, nenek juga minta presiden untuk segera kembali ke pesta ulang tahunnya karena tidak sopan tuan rumah meninggalkan tamunnya lama-lama. Presiden lalu pamit pergi diikuti oleh Manager Han. Nyonya Seo yang kesal langsung beranjak menuju kamarnya untuk minum-minum menghilangkan stress.

Nenek memanggil Mi Sun "Tak Gu eomma.."(ibu Tak Gu) dan menyuruhnya untuk ikut ke kamar. Tak Gu akan ikut tapi nenek meminta Tak Gu untuk menunggu di situ dan menyuruh Bibi Gong untuk menyiapkan cemilan buat Tak Gu. Tak Gu menoleh pada ibunya, dan Mi Sun meyakinkan anaknya, dia baik-baik saja. Ditinggal sendirian, Tak Gu memandang ke seluruh rumah dan melihat Trio Goo di lantai atas.

Mi Sun meminta maaf pada nenek karena telah berani datang ke rumah dan meminta mereka untuk menjaga Tak Gu. Mi Sun menangis, dia berkata jujur pada nenek kalau dia membawa Tak Gu kemari karena dia sudah tidak sanggup lagi membesarkan Tak Gu sendirian. Nenek mengerti dan mengatakan kalau Mi Sun sudah melakukan hal yang benar, semua itu juga untuk kebaikan Tak Gu nantinya. Meskipun Mi Sun tidak mengatakannya, tapi nenek tau kesulitan hidup yang dihadapi Mi Sun selama ini dengan melahirkan dan membesarkan Tak Gu sendirian. Mi Sun terisak, dia terharu dengan pengertian nenek.

Tak Gu duduk di ruang tamu bersama Trio Goo, Bibi Gong mengantarkan cemilan dan minuman untuk Tak Gu lalu dia bilang kalau setelah melihat dari dekat, ternyata Tak Gu itu tampan dan sangat mirip dengan presiden. Ja Kyung dan Ma Jun tidak senang mendengar omongan bibi, Ja Kyung menegur bibi: "ahjumma! kembalilah, kerjakan apa yang seharusnya kau kerjakan". Bibi Gong mengerti, lalu pergi sambil terus tersenyum pada Tak Gu. Tak Gu memandang Ja Kyung dan Ma Jun yang terlihat jelas sangat tidak menyukainya.

Ja Rim lalu tanya "kau bilang namamu Tak Gu, berapa umurmu? ". "12 tahun", jawab Tak Gu. Ja Rim : "benarkah? jadi umurmu sama dengan Ma Jun, kapan ulang tahunmu?" Tak Gu: "tanggal 1 Mei". Ja Rim : "benarkah? ulangtahun Ma Jun bulan September. jadi kau adalah kakak Ma Jun", seru Ja Rim ceria.

Ma Jun tidak mau menjadi adik dari Tak Gu, tapi Ja Rim tidak mau kalah, dia bilang kalau Tak Gu lahir lebih dulu daripada Ma Jun, jadi Tak Gu adalah kakak Ma Jun. Ma Jun tetap tidak mau mengganggap Tak Gu sebagai kakak. Ma Jun menyuruh Tak Gu untuk segera pergi dari rumah itu karena dia tidak suka pada Tak Gu. Ma Jun menghina Tak Gu dengan kata-kata kotor, Tak Gu tersinggung, dia memandang Ma Jun dengan marah dan mengepalkan tangannya.

Belum sempat membela diri, Mi Sun keluar dari kamar nenek dan Tak Gu langsung mengajak ibunya untuk cepat pulang. Mi Sun melihat Tak Gu dan jalan menuju kamar Nyonya Seo untuk berpamitan. Di dalam kamar, Nyonya Seo memecahkan vas bunga dan minum-minum (Nyonya Seo merasa frustrasi karena dia takut posisinya tersaingi dengan kehadiran Mi Sun dan Tak Gu). Mi Sun minta maaf pada Nyonya Seo karena sudah membuat keributan, tapi dia memohon pada Nyonya Seo untuk menjaga Tak Gu. Tak Gu kaget dengan perkataan ibunya, dia minta ibunya untuk tidak bicara omong kosong dan minta ibunya cepat membawanya pulang. Ibunya tidak mau, dia mengatakan pada Tak Gu kalau mulai hari ini, Tak Gu akan tinggal di rumah ini, karena ini adalah rumah ayah Tak Gu, jadi ini rumah Tak Gu juga. Tak Gu harus tinggal dan tidur di rumah ini mulai sekarang. Tak Gu juga akan makan di sini dan pergi ke sekolah dari rumah ini. Tak Gu tidak suka dan tidak mau tinggal di rumah itu, dia ingin tinggal di rumah di Cheongsan, tidur dan makan di sana, juga sekolah di Cheongsan.

Kedua ibu anak itu beradu mulut, Tak Gu kesal pada ibunya yang terus memaksanya dan mengira ibunya sudah lelah menjaga Tak Gu. Mi Sun menjelaskan kalau dia melakukan semua itu untuk Tak Gu, bukan karena dia lelah menjaga Tak Gu. (Padahal dia memang merasa berat menjaga Tak Gu sendirian, dia merasa tidak menjadi ibu yang baik selama ini karena tidak bisa mencukupi kebutuhan Tak Gu, makanya dia merelakan Tak Gu untuk tinggal bersama ayahnya yang kaya, dengan begitu kebutuhan Tak Gu akan tercukupi).

Mi Sun tau Tak Gu ingin menjadi orang yang sukses, jadi jika Tak Gu tinggal di rumah ini bersama presiden, Tak Gu bisa menjadi orang yang sukses seperti presiden. karena ayah Tak Gu akan membukakan jalan untuk Tak Gu. Nenek dan Trio Goo memperhatikan Tak Gu dan ibunya yang masih berkeras satu sama lain.

Tak Gu : "aku tidak perlu menjadi orang sukses, aku hanya ingin menjadi anakmu!! (Tak Gu menangis) ibu... aku akan jadi anak yang baik, aku janji aku tidak akan berkelahi lagi dengan Ki Won dan aku tidak akan mencuri roti lagi dan aku juga tidak akan nakal, jadi jangan pergi sendirian dan meninggalkan ku di sini bu... jangan meninggalkanku di sini..." Tak Gu semakin terisak (sedih, ngeliat Tak Gu nangis, pengen ikut nangis). Mi Sun berkaca-kaca, tapi dia menguatkan Tak Gu dan memegang lembut bahu Tak Gu. "Kau seorang pria bukan?" tanya Mi Sun, Tak Gu mengangguk, Mi Sun melanjutkan, "ketika kau menjadi pria, kau dapat bertahan dari rintangan bukan? jika kau bersembunyi di balik ibumu seperti ini, kapan kau bisa menjadi seorang pria? harapan terbesar ibumu ini adalah melihat anak laki-lakinya menjadi orang sukses yang sesungguhnya. tidakkah kau mau mewujudkan impian ibumu ini? hah?".Tak Gu mengangguk melihat ibunya. Mi Sun senang, "Aku tau kau akan setuju. anakku benar-benar yang terbaik". Mi Sun lalu membelai lembut kepala Tak Gu yang masih menangis. "jangan kelaparan, jangan menyerah! tidak peduli bagaimanapun susahnya di masa mendatang, kau harus dapat menghadapinya dengan senyuman, seperti pria sejati. apakah kau mengerti?" pesan Mi Sun pada Tak Gu. Mi Sun sebenernya juga tidak tega, tapi dia menguatkan dirinya sendiri agar air matanya tidak jatuh dan tidak membuat Tak Gu menjadi orang yang lemah, Mi Sun berusaha tegar di hadapan Tak Gu meskipun hatinya sakit.

Setelah yakin Tak Gu mencerna perkataannya dengan baik, Mi Sun lalu pergi meninggalkan Tak Gu dan rumah itu. Tak Gu mau mengejar ibunya tapi dihalangi oleh Bibi Gong. Tak Gu meronta, menangis memanggil-manggil ibunya, tapi Mi Sun tidak menoleh. Mi Sun menangis dan menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Tak Gu dan terus berlari. Nenek dan pelayannya ikut sedih melihat Tak Gu menangis. Nyonya Seo masih minum-minum dan dia mendengar suara tangisan Tak Gu dari dalam kamar.

Setelah di luar rumah, Mi Sun berjalan pelan. ternyata Manager Han juga sudah menunggunya. tanpa ba bi bu, Manager Han langsung bertanya sinis pada Mi Sun: "kau pikir kau akan selamat dengan melakukan ini?
Manager Han: "jadi kau membawa anakmu sendiri masuk ke kandang harimau?" Mi Sun: "bukankah tempat yang paling aman untuk anak harimau adalah kandang harimau?" Manager Han: "kau akan menyesali tindakanmu hari ini. aku akan memastikannya" Mi Sun tidak takut "kita lihat saja Manager Han. seorang ibu bisa melakukan apapun untuk anaknya. Jika kau berani menyentuh Tak Gu-ku sedikitpun. aku tidak akan pernah memaafkanmu!! ". Mi Sun akhirnya pergi.
Nenek meminta Tak Gu untuk berhenti menangis karena jika Tak Gu terus menangis, hati ibunya juga akan sakit. Tak Gu sangat sedih ditinggal ibunya, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Nenek mengeluarkan sapu tangan dan mengusap air mata Tak Gu dengan lembut (keliatan banget, kalo nenek sayang sama Tak Gu, aku juga jadi sayang ama nenek ^^).

Nyonya Seo tambah stress mendengar tangisan Tak Gu yang tak berhenti-berhenti, dia keluar kamar lalu menampar Tak Gu. Nenek shock, "menantu!!", pekik nenek. Nyonya Seo berteriak dan marah-marah pada Tak Gu karena berisik. Tak Gu memegangi pipinya yang sakit. Nenek membela Tak Gu. Di bawah pengaruh alkohol, Nyonya Seo berani melawan ibu mertuanya, dia mengeluarkan semua uneg-uneg kekesalannya pada nenek selama ini karena mengijinkan Mi Sun mengandung dan melahirkan anak, dan juga mengijinkan Tak Gu masuk ke rumah (keluarga) mereka. Nyonya Seo kalap dan membentak-bentak nenek (ni menantu kurang ajar banget si, menantu durhaka dah, kutuk aja tu nek!).

Nenek shock dengar menantu satu-satunya itu berani membentaknya, nenek berteriak balik : "apa kau minum? kau berani mabuk di depan ibu mertuamu?". Nyonya Seo : "benar! aku mabuk! tanpa alkohol, aku tidak akan bisa menerima semua kenyataan ini. kenapa? apakah aku tidak bisa melakukan sedikit saja yang kuinginkan?". Nenek kesal dan menyuruh Bibi Gong untuk mengantar menantu (durhaka)nya kembali ke kamar untuk istirahat. Sebelum pergi, Nyonya Seo mengancam nenek : "tunggu dan lihat saja bagaimana aku akan memperlakukan anak ini kelak. Ibu, masalah yang kau ciptakan ini, tunggu apa yang akan terjadi, aku akan segera membuatmu mengerti". Tak Gu menatap Nyonya Seo ketakutan.

Ternyata Nyonya Seo tidak kembali ke kamarnya, tapi malah pergi ke pesta di kebun dan berjalan sempoyongan. Tamu-tamu melihat Nyonya Seo dengan aneh. Dia meracau di depan suaminya, dia setuju untuk mengijinkan Tak Gu tinggal di rumah mereka, tapi dengan satu syarat. Dia tidak mengijinkan suaminya untuk memberikan nama keluarga mereka pada Tak Gu. Lalu Nyonya Seo menyuruh Manager Han untuk segera menyiapkan mobil, karena dia ingin pergi ke Cheongpyeong.
Di dalam rumah, Tak Gu duduk sendirian, termenung memikirkan sesuatu. Di kamarnya nenek juga sedang memikirkan pembicaraannya dengan Mi Sun tadi.

Flashback Nenek memberikan amplop berisi uang kepada Mi Sun sebagai kompensasi atas penderitaan yang dialami Mi Sun selama ini, nenek juga akan membelikan rumah untuk Mi Sun dan menjamin masa depan Mi Sun. Tapi Mi Sun menolak semua pemberian nenek, dia hanya berharap nenek mengijinkannya untuk bertemu dengan Tak Gu sekali atau dua kali dalam setahun. Hal itu sudah cukup untuk Mi Sun. Nenek memaksa Mi Sun untuk menerima pemberian nenek, tapi Mi Sun tetap menolak karena dia tidak ingin menjadi wanita dan ibu yang jahat yang melahirkan anak hanya karena uang. Jika dia menerima uang pemberian nenek, dia takut kelak tidak bisa bertemu Tak Gu lagi dengan kepala tegak. Nenek melihat Mi Sun dengan sayang dan terharu sekaligus bangga dengan budi pekerti Mi Sun yang luhur, meskipun Mi Sun tidak mengenyam pendidikan yang tinggi. Flashback end..
Nenek menyesal dan berharap jika saja menantunya, Nyonya Seo memiliki setengah saja kebaikan budi Mi Sun, lalu nenek menghela nafas.

Mi Sun pulang ke Cheongsan, dia berpapasan dengan Yu Kyung, Yu Kyung menyapa Mi Sun, tapi karena tidak konsentrasi, Mi Sun tidak menyadari kehadiran Yu Kyung.

Bapak Ibu Man Hee melihat Mi Sun dengan cemas karena Mi Sun terlihat pucat dan bertanya kenapa Mi Sun pulang sendirian, tidak bersama Tak Gu. Ibu Man Hee bingung ketika Mi Sun bilang bahwa Mi Sun meninggalkan Tak Gu di rumah ayahnya di Seoul. Mi Sun jatuh terduduk di bangku, menangis dan memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sakit. Mi Sun merasa setengah bagian jiwanya terpisah dari dirinya, Mi Sun terus memukul-mukul dadanya yang sesak. Hatinya terluka, sakit, bagaaimanapun juga dia adalah seorang ibu yang menyayangi anaknya, dan demi anak yang disayanginya itu, dia rela mengorbankan kebahagiannya sendiri dan berpisah dari Tak Gu demi kesuksesan Tak Gu. Mi Sun menangis meraung dan terus bertanya pada dirinya sendiri, "kenapa begitu sakit? kenapa sangat menyakitkan?"

Yu kyung mengintip Mi Sun dari balik pintu depan rumah dan merasa sedih. Ketika mau pergi, Yu Kyung kaget, ternyata ayahnya juga mengintip ke rumah Tak Gu, ayahnya tanya apa anak yang membuat kepalanya sakit itu tinggal di rumah itu, Yu Kyung menggelengkan kepalanya, melindungi Tak Gu dari ayahnya, lalu bergegas pergi. Ayahnya masih penasaran dan mengintip lagi.

Presiden masuk ke dalam rumah, dan melihat Tak Gu yang sedang terduduk diam, presiden mengingat pertemuannya dengan Tak Gu ketika Tak Gu mencuri roti di pabrik dan ingat pembicaraannya dengan Mi Sun tentang arti tak gu. Tak Gu bergumam, bertanya-tanya: "bagaimana bisa ibu meninggalkan anaknya di sini? dia sungguh tidak bertanggung jawab". Tak Gu masih kesal pada ibunya yang bisa-bisanya meninggalkan dia di rumah presiden. Presiden mendengar gumaman Tak Gu dan menegurnya "apa yang kau lakukan di sana?". Tak Gu menoleh karena ada yang berbicara, dia kaget dan langsung berdiri, Tak Gu tidak menyadari dari tadi presiden terus memperhatikannya. Presiden mengulang pertanyaannya dan Tak Gu menjawab "hanya sedang memikirkan sesuatu". Presiden heran, "berfikir?" Tak Gu bilang bahwa dia belum siap hidup terpisah dari ibunya, dia tidak tau bagaimana akan hidup mulai sekarang, jadi dia memikirkan semua itu dengan cermat. Presiden tersenyum mendengar perkataan Tak Gu dan bilang kalau Tak Gu tidak perlu memikirkan hal yang tidak berguna seperti itu. Tak Gu hanya perlu mengambil manfaat dari semua ini dan rumah (presiden) ini akan memberikan semua yang Tak Gu perlukan. Tapi Tak Gu masih bingung karena masih ada hal yang belum jelas baginya seperti, bagaimana tiba-tiba presiden bisa menjadi ayahnya, dan dia tidak tau bagaimana akan memanggil presiden sekarang.

Presiden ingin menjawab pertanyaan Tak Gu, tapi tiba-tiba ada yang memanggilnya, presiden menoleh dan melihat Ma Jun yang datang memberitahukan bahwa sudah waktunya makan malam. Presiden menoleh pada Tak Gu, tersenyum lalu meninggalkan Tak Gu (ih, bapaknya gimana sih, kok Tak Gu nya ga diajak makan malam juga). Ma Jun mendekati Tak Gu dan berkata dengan sinis pada Tak Gu untuk tidak bermimpi menjadi anak presiden dan memiliki rumah mewah ini, karena hal itu tidak mungkin. Ma Jun menyuruh Tak Gu untuk menghilang dan pergi dari rumah ini segera. mereka berdua berhadapan dan muka Ma Jun hanya beberapa senti dari muka Tak Gu, Ma Jun melanjutkan "jika kau terus tinggal di sini, aku tidak bisa menjamin kau tidak akan mati di sini karena ibuku tidak akan pernah memaafkanmu. Sebelum dia menendangmu keluar dari sini, sebaiknya kau lari dan sembunyi di pelukan ibumu". Tak Gu marah, dia mengepalkan tangannya, tapi dia berusaha untuk menahan emosinya karena dia sadar posisinya saat itu. Untung saja, Bibi Gong datang dan mengajak mereka untuk makan malam.

Tak Gu sampai di ruang makan, semua orang memandangnya, lalu nenek menyuruh Tak Gu untuk duduk di sebelahnya. Nenek heran karena kursi Nyonya Seo masih kosong dan tanya di mana Nyonya Seo. Ja Kyung menjawab bahwa ibunya pergi ke Cheongpyeong untuk menenangkan diri dan akan kembali besok. Suasanya jadi tidak enak dan nenek meminta mereka untuk segera makan. Tak Gu menatap Ma Jun dan ingat ancaman Ma Jun, lalu menatap Ja Kyung yang cuek dan kursi kosong Nyonya Seo dan ingat tamparan Nyonya Seo padanya.

Tak Gu tidak berselera untuk makan meskipun semua makanannya terlihat enak, tapi dia ingat pesan ibunya untuk tidak kelaparan dan tidak menyerah. Dalam kegelapan, Mi Sun juga bilang pada Tak Gu dari jauh untuk tidak lapar dan jangan menyerah, tidak peduli bagaimana sulitnya masa depan, Tak Gu harus menghadapinya dengan senyuman seperti pria sejati. Setelah mengingat semua nasehat ibunya itu, Tak Gu lalu makan dengan rakus (tapi sedih) dan menyuapkan banyak makanan ke mulutnya sampai penuh. Tak Gu mengunyah makanannya dengan pahit, air matanya mengalir mengingat ibunya dan penderitaan mereka selama ini. Semua memandang Tak Gu dengan aneh, kecuali Ma Jun yang melihatnya dengan jijik. Nenek menegur Ma Jun karena mencela Tak Gu dan nenek memberikan daging ke piring Tak Gu. Tak Gu makan sambil terus menangis, Mi Sun juga menangis ingat Tak Gu.

Di Cheongpyeong, Nyonya Seo murka pada Manager Han, dia marah karena Manager Han membiarkan Mi Sun menampakakan diri lagi di depan dia dan membiarkan Tak Gu masuk ke rumahnya. dia benar-benar marah pada Manager Han yang membiarkan anak Mi Sun lahir dan hidup di dunia. Manager Han membela diri, dia tidak tega membunuh Mi Sun dan anaknya yang masih berlumuran darah sehabis melahirkan waktu itu. Nyonya Seo tertawa sinis, "Jadi, kau membiarkan mereka pergi karena kasihan?, hanya karena dia menyedihkan, kau membiarkan dia pergi dengan mudahnya? ". Manager Han bilang lagi "Waktu itu dia sudah kuperingatkan dan mendapat cukup pelajaran, dan dia sangat tahu resikonya dan tidak akan pernah menampakakan diri lagi". Nyonya Seo menangis sedih dan melayangkan tangannya ingin menampar Manager Han, tapi dia menahan tangannya di udara karena tidak bisa melakukan itu pada ayah dari anaknya. Manager Han juga sedih melihat wanita yang dicintainya itu terluka, untuk menenangkan Nyonya Seo dia lalu menarik Nyonya Seo ke dalam pelukannya dan minta maaf. Nyonya Seo membalas pelukan Manager Han dan bilang "Di dunia ini tidak ada seorangpun yang mendukungku, tidak seorangpun yanng memahamiku, selain kau, tidak ada yang lain, apa kau tahu?". Manager Han mengangguk mengerti dan minta maaf lagi, dia berjanji tidak akan membiarkan Nyonya Seo terluka lagi seperti ini. Nenek merenung di kamarnya dan merasa sedih, presiden juga duduk memikirkan sesuatu. Mi Sun berbaring di samping bantal Tak Gu dan mengucapakan selamat malam pada bantal Tak Gu. Sedangkan Tak Gu duduk di kursi taman malam-malam, masih berpikir.

Beberapa hari kemudian, Ibu Man Hee berteriak memanggil-manggil Mi Sun: "Tak Gu eomma!! Tak Gu eomma!! kau dapat surat, Tak Gu mengirimimu surat". Mi Sun terkejut senang, di bangku depan, dia merobek surat Tak Gu dengan tergesa-gesa. Tak Gu mengawali suratnya, "Ibu, apakah kau hidup dengan baik? aku baik-baik saja." Mi Sun tersenyum dan senang mengetahui Tak Gu baik-baik saja. Tak Gu : "Aku makan dan tidur dengan baik. dan aku juga melakukan yang terbaik di sekolah baruku. Guruku sangat baik dan teman sekelasku juga mudah bergaul". (padahal sebenarnya, teman-teman sekelas Tak Gu memandang aneh pada Tak Gu, keliatannya mereka ga begitu suka sama Tak Gu). " Aku juga menghabiskan waktu bersama dengan keluarga di Seoul" (padahal aslinya ketika Tak Gu pulang dari sekolah, dia kesepian, rumah itu besar, tapi orang-orangnya pada sibuk sendiri).

"Kak Ja Kyung setiap hari membantuku mengerjakan PR sekolah" (padahal ketika Tak Gu berdiri di pintu kamar Ja Kyung karena ingin belajar bersama Ja Kyung, dia tidak jadi masuk karena tidak mau mengganggu Ja Kyung yang terlihat serius belajar sendiri, dan akhirnya Tak Gu berlalu pergi dari kamar Ja Kyung.)

"Ja Rim selalu menceritakan padaku hal-hal yang lucu". (padahal ketika Tak Gu akan kembali ke kamarnya setelah dari kamar Ja Kyung, Tak Gu melihat Ja Rim sedang asyik ngobrol di telfon dengan temannya).

"Ma Jun yang seumuruan denganku, memintaku untuk bermain sepak bola bersamanya setiap hari". (padahal ketika Ma Jun dan teman-temannya bermain sepak bola, Tak Gu hanya duduk menonton mereka dari jauh karena Ma Jun tidak pernah sekalipun mengajaknya bermain. ihhh... kasian banget ni liat Tak Gu kecil yang kesepian di rumah besar). "Bu, setiap hari aku sangat sibuk dan juga meskipun nyonya tidak menunjukkannya, aku tau dia peduli padaku" (padahal sebenernya ketika Tak Gu masuk ke dalam setelah menonton Ma Jun bermain bola dengan temannya, di dapur dia bertemu dengan Nyonya Seo yang langsung berdiri dari kursinya karena tahu Tak Gu datang). Tak Gu menyapa Nyonya Seo dan bilang bahwa dia hanya ingin minum karena haus, tapi Nyonya Seo cuek saja dan berlalu pergi.

Ketika Nyonya Seo melewati Tak Gu, Tak Gu menungkupkan kedua tangannya menutupi pipinya karena takut kena tampar Nyonya Seo lagi. Meskipun sebenarnya Tak Gu tidak betah dan tidak suka tinggal di rumah itu karena Nyonya Seo dan Trio Goo tidak menyukainya dan dia selalu kesepian, tapi dia berusaha bertahan dengan mengingat semua pesan ibunya agar ibunya tidak khawatir. Tak Gu membohongi Mi Sun bahwa dia hidup dengan baik agar Mi Sun tidak cemas dan dia meminta pada ibunya untuk tidak mengkhawatirkannya karena dia makan teratur dan tidur nyenyak. Tak Gu berjanji akan menulis surat untuk ibunya lagi. Mi Sun membaca surat tak gu dengan tangis bahagia dan bangga. Ibu Man Hee meyakinkannya bahwa Tak Gu baik-baik saja. Mi Sun lalu memeluk surat Tak Gu dengan erat dan mengusap air matanya.

Tak Gu heran, Ja Kyung menggedor-gedor pintu kamarnya dan melihat Trio Goo berdiri de depan kamarnya. Ja Kyung bertanya apakah Tak Gu mengambil pensil mekanik yang ada di mejanya. tak Gu bingung, dia tidak tau apa itu pensil mekanik. Ja Rim menjelaskan bahwa ayahnya membeli pensil itu ketika dia ada urusan bisnis di Jepang, pensil itu bentuknya mirip seperti bolpoin. dan sekarang pensil itu hilang. Tak Gu baru mengerti, tapi dia bilang tidak pernah melihat pensil itu. Ma Jun langsung bilang kalau Tak Gu itu pembohong. dia melihat Tak Gu kembali dari kamar Ja Kyung beberapa waktu lalu. Tak Gu membenarkan kalau dia pergi ke kamar Ja Kyung, dia ke sana karena ingin bertanya tentang pr matematikanya pada Ja Kyung, tapi dia melihat kakaknya itu sedang sibuk makanya Tak Gu pergi. Ma Jun terus menuduh Tak Gu berbohong, tapi Tak Gu membela diri, kenapa dia harus berbohong. Untuk membuktikannya, Ja Kyung minta Tak Gu mengijinkannya masuk ke kamar Tak Gu, tanpa menunggu jawaban Tak Gu, Ja Kyung langsung masuk kamar Tak Gu dan membuka-buka laci Tak Gu dan mencari ke segala sudut, tapi dia tidak menemukan pensil mekaniknya. Ja Kyung kesal, akhirnya Ma Jun masuk dan langsung membuka laci meja belajar Tak Gu dan dengan cepat dan tepat menemukan pensil mekanik Ja Kyung (patut dicurigai nich!).

Ma Jun bilang : "aku menemukannya, ini pensilmu kan kak? ini adalaah pensil mekanik kakak yang hilang. aku benar. aku bilang dia pasti mencurinya". Tak Gu shock pensil itu ada di lacinya, dia langsung membantah, "aku tidak berbohong!! aku tidak mencurinya!! ini benar, percayalah padaku". Ja Kyung berpikir, Ma Jun terus mendesak Tak Gu, jika bukan Tak Gu yang mengambil kenapa juga itu pensil ada di lacinya. Tak Gu tidak tahu hal itu karena dia tidak melakukannya. "Bagaimana aku tau kalau itu di sana? ah...aku tidak bisa mengeluarkan hatiku untuk menunjukkannya padamu agar kau percaya..." Tak Gu menepuk-nepuk dadanya (heheh... ibu anak sama aja nih) "aaahhh,,, aku akan gila", gumam Tak Gu. Ma Jun malah ngejek Tak Gu dan bilang "Meskipun kau gila, tidak ada seorangpun di sini yang akan percaya kata-katamu dan juga kau sangat ahli mencuri sebelumnya. Pertama kali aku melihatmu di Pabrik Cheongsan, bukankah kau tertangkap basah mencuri roti? pertama roti, kemudian pensil mekanik kak Ja Kyung. lalu apa selanjutnya? apa yang akan kau curi besok? apa kau juga akan mencuri posisiku?".

Tak Gu menatap Ma Jun tajam dan mengepalkan tangannya (tanda-tanda kalau Tak Gu marah). Ma Jun masih terus menghina dan memojokkan Tak Gu. Tak Gu tidak tahan lagi dan mencengkeram kerah baju Ma Jun "Jika kau terus menghinaku dengan kata-kata kotor seperti itu, aku akan membungkam mulutmu!", ancam Tak Gu. Ja Kyung dan Ja Rim kaget dengan reaksi Tak Gu. Ma Jun nantang balik, "Apa yang kau lakukan jika aku tidak diam?".

Tak Gu benar-benar kesal dan sudah akan melayangkan tinjunya di muka Ma Jun kalau saja nenek tidak datang dan melerai mereka. Nenek marah melihat cucu-cunya berkelahi. Di kamar nenek, Ma Jun bilang pada nenek kalau Tak Gu mencuri pensil mekanik Ja Kyung. Nenek terkejut, Tak Gu meyakinkan nenek kalau dia tidak pernah mencuri pensil Ja Kyung dan dia sumpah dia berkata jujur. Tapi Ma Jun bilang lagi kalau dia yakin, dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Nenek meragukan Ma Jun : "Kau melihat Tak Gu mencuri sesuatu, apa kau yakin?" Ma Jun meyakinkan nenek, "Lalu apakah aku yang berbohong? nenek juga melihatnya, dia akan memukulku. Kebohongannya terbongkar, jadi dia menggunakan kekerasan. Tapi nek, apakah kau akan membelanya?", tanya Ma Jun. Tak Gu benar-benar sangat kesal pada Ma Jun, diam-diam dia mengepalkan tangannya lagi. Nenek bingung, lalu bertanya pendapat Ja Kyung yang bilang kalau sebenarnya dia tidak yakin pensilnya dicuri oleh Tak Gu, tapi fakta bahwa pensilnya ditemukan di laci Tak Gu tidak bisa disangkal lagi. Nenek tanya pada Tak Gu apa itu benar, dan dijawab Tak Gu kalau itu benar, tapi Tak Gu tetap bilang dia tidak tau kenapa pensil Ja Kyung bisa ada di lacinya.

Tak Gu minta orang-orang percaya padanya (my poor Tak Gu....sayang, alibi Tak Gu ga kuat). Trio Goo terlihat tidak percaya dengan ucapan Tak Gu. Nenek akhirnya mengambil keputusan dan menyuruh Tak Gu untuk tetap tinggal sedangkan Trio Goo pergi istirahat. Ma Jun tersenyum menang pada Tak Gu.

Nenek mengambil rotan dan menyuruh Tak Gu untuk berdiri. Tak Gu berdiri dengan enggan, nenek memukul kaki Tak Gu lima kali. Ternyata Trio Goo belum pergi, mereka mencuri dengar apa yang terjadi di dalam kamar nenek. Ma Jun mendengar pukulan rotan nenek untuk Tak Gu dan tersenyum puas (ni anak pengen ku getok-getok deh, jahat banget ama Tak Gu). Ja Kyung merasa aneh dan curiga sesuatu, dia memanggil Ma Jun. Ja Kyung memperingatkan Ma Jun untuk tidak melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu lagi. Dia tahu kalau Tak Gu tidak mencuri pensilnya dan Ma Jun lah yang berbohong. Ma Jun mencoba menyangkal tapi Ja Kyung sadar Ma Jun yang merencenakan semua itu jadi dia tau persis letak pensil mekanik Ja Kyung di laci tengah meja Tak Gu,Ja Kyung bilang kalau dia juga tidak menyukai Tak Gu, tetapi dia membenci cara yang kekanakan. Dia akan memaafkan Ma Jun kali ini, karena Ma Jun adiknya, tapi dia tidak akan melepaskan Ma Jun lain kali. Ja Rim juga kesal pada Ma Jun yang kekanak-kanakan, tapi Ma Jun tidak peduli dengan pendapat Ja Rim. Ma Jun lalu masuk kamarnya dengan kesal dan langsung menghempaskan diri di kasur.

Tak Gu sudah selesai menerima hukumannya, nenek tanya apa Tak Gu menyesal sekarang, apakah Tak Gu marah. Nenek menasehati Tak Gu bahwa akan lebih banyak lagi hal seperti itu kelak. Orang lain akan menuduhmu melakukakan hal yang tidak kau lakukan. Kebaikanmu juga akan dimanfaatkan orang jahat. Ada beberapa orang di dunia ini yang menyayanginya tapi akan lebih banyak lagi yang akan mencoba menjatuhkannya. "Ketika kau mengalami kejadian buruk, kau akan merasa diperlakukan dengan tidak adil dan menjadi marah, tapi bagaimanapun juga kemarahan tidak bisa menyelesaikan masalah. Pukulanmu (kekerasan) tidak berguna untuk masa depanmu", kata nenek. Tak Gu mendengarkan nasehat nenek dengan baik, tapi dia tanya,"Kau bilang tidak bisa selalu marah dan menggunakan kekerasan, lalu apa yang harus aku lakukan?". Nenek menjawab, "Kau tidak boleh goyah, jika kau benar-benar tidak bohong. maka kau tidak boleh goyah sedikitpun. Tidak peduli jika itu kesalahpahaman atau sudah direncanakan, kau harus bertahan. Bagaimanapun juga kebenaran yang akan menang".

Tak Gu tidak percaya perkataan nenek karena dia benar-benar tidak mencuri tapi nenek menghukumnya. Nenek mengangguk mengerti, tapi Tak Gu masih bingung, lalu kenapa nenek menghukumnya. Nenek bilang kalau dia tidak menghukum Tak Gu, tapi dia sedang mendidik Tak Gu. Jika nenek membela Tak Gu di hadapan Trio Goo, mungkin mereka akan semakin membenci Tak Gu dan tidak membiarkan Tak Gu hidup tenang. Tak Gu masih polos, dia tidak terlalu mengerti nasehat-nasehat nenek.

Tak Gu duduk di kursi taman dan memegangi kakinya yang perih, lalu Ja Rim mendatanginya dan membawakan obat untuk Tak Gu. Ja Rim tanya apakah nenek juga memberikan pengertian pada Tak Gu, Ja Rim cerita kalau nenek punya kebiasaan unik, setiap kali habis menghukum orang nenek selalu bilang, Aku tidak menghukummu, tapi aku sedang mendidikmu. Ja Rim menirukan kata-kata nenek yang diucapkan juga kepada Tak Gu. Tak Gu mengangguk mengerti. Ja Rim juga tanya apakah Tak Gu memutuskan akan berdiri di pihak nenek, Tak Gu bingung, mereka adalah keluarga kenapa harus ada siapa yang berpihak pada siapa. Ja Rim menjelaskan kalau keluarganya memang seperti itu, ayah memihak nenek, Ma Jun berpihak pada ibunya, dan Kak Ja Kyung memihak dirinya sendiri.

Tak Gu lalu tanya Ja Rim ada di pihak siapa, di jawab Ja Rim, kalau dia tidak memihak siapa-siapa, dia netral. Karena dia tidak terlalu tertarik dengan urusan seperti itu, itulah sebabnya nenek dan ibunya juga tidak terlalu menyukai Ja Rim. (wuiihh, kayak negara aja ya, ada blok barat dan blok timur, terus Ja Rim masuk yang non-blok kayak indo, hihihi... biasanya di suatu keluarga besar yang kaya raya memang seperti itu, seseorang yang ingin berkuasa harus memiliki dukungan dari orang di sekitarnya, dan jika orang ingin cari aman, dia tidak memihak siapapun dan resikonya memang dia jadi tidak terlalu disukai oleh kedua belah pihak, kekuasaan dan kekayaan selalu penuh intrik). Ja Rim menasehati Tak Gu sebagai teman untuk memilih netral sebagai pilihan terbaik. Menurutnya ibu dan nenek itu tidak terlalu berbeda. sepertinya mereka tidak terlalu mencintai anak-anaknya karena mereka lebih mementingkan kekuasaan. Tak Gu heran, kenapa Ja Rim mengatakan semua hal itu padanya. Ja Rim bilang kalau dia hanya ingin mengatakan kebenaran, lalu dia tersenyum bersahabat sambil berkata "aku menyukaimu, cool boy!" (Ja Rim pikirannya lebih terbuka daripada saudaranya yang lain).

Tak Gu senyum dan mengucapkan terima kasih dengan formal, tapi Ja Rim menyuruhnya untuk tidak menggunakan bahasa formal saat mereka bicara, lalu Tak Gu mengoreksi ucapannya dan bilang "terima kasih kak". Ja Rim lalu berdiri hendak masuk ke dalam, dia menasehati Tak Gu untuk tidak mendekati rumah di bawah karena rumah itu terlarang, hanya ayah yang boleh masuk dan ayahnya tidak suka diganggu. Jika Tak Gu tidak berhati-hati dan tertangkap, tidak seorangpun tau apa yang akan terjadi (di mansion tempat tinggal presiden ini ada beberapa bangunan, rumah utama yang kayak istana dan bangunan rumah lain di dekat halaman).

Setelah Ja Rim pergi, Tak Gu memandangi rumah terlarang itu (aku sebut rumah terlarang dulu aja ya ^^) dan dia heran kenapa keluarga ini begitu rumit. Ternyata Manager Han dari tadi mengawasi Tak Gu dari jauh.
Malamnya ketika Tak Gu tidur (oia, Tak Gu tidur di lantai karena tidak terbiasa tidur di kasur yang empuk, ada-ada aja nih anak, eheheh...), hidungnya mencium bau yang sedap, (lucu banget cara dia mengendus-endus, kayak Mi Ho pas mencium bau Dae Woong di MGIG, hidungnya kembang kempis gitu, wkwkwkw). Tak Gu heran bau apa itu, lalu Tak Gu bangun dari tidurnya dan dia mengenali bau sedap itu sebagai aroma roti. Tak Gu kemudian turun ke lantai bawah , hidungnya mengendus-endus asal aroma itu, tapi matanya tetep merem (anehnya dia ga nabrak apapun, hehehe..) Tak Gu menuju dapur karena dikiranya itu pasti berasal dari ruang makan. Dia membuka matanya tapi ternyata bukan tidak ada apa-apa di sana, lalu dia berbalik dan keluar rumah dan melihat ke rumah terlarang yang cerobongnya mengeluarkan asap.

Dia sadar ternyata aroma sedap roti tadi berasal dari rumah terlarang. Tak Gu penasaran dan ingin melihatnya, tapi ketika akan melangkah dia ingat nasehat Ja Rim untuk tidak mendekati rumah terlarang itu. Dia berpikir sejenak dan tersenyum, Tak Gu mengambil keputusan (rasa ingin tahunya mengalahkan sifat patuhnya, tanda-tanda orang akan berhasil dalam hidupnya) dan Tak Gu berlari menuju rumah terlarang, membuka pintu dengan pelan dan hati-hati lalu masuk ke dalam rumah itu. Tak Gu melihat meja yang ada timbangannya dan penuh dengan bahan-bahan untuk membuat roti (ada telur, tepung, mentega,dll ) juga ada tungku yang menyala.
Dia berjalan mendekat perlahan-lahan tapi Tak Gu langsung sembunyi ketika mendengar suara langkah kaki, ternyata itu presiden yang memakai celemek.

Tak Gu mengintip dari balik jendela, presiden mendekati meja dan menutup matanya lalu menggerak-gerakkan tangannya (kayak melakukan ritual pemanasan sebelum buat roti gitu, jadi rumah terlarang ini adalah tempat presiden mendapat inspirasi dan membuat rotinya, dan rahasaia roti lezat buatan presiden terletak di rumah ini, maka dari itu dia melarang siapapun untuk masuk ke rumah terlarang itu. Kelak, Tak Gu juga akan menirukan gerakan tangan presiden ini). Tak Gu melongo dan heran dengan yang dilakukan presiden.

Setelah selesai ritual, lalu presiden mulai menakar bahan-bahan, memasukkan tepung, gula, mentega, telur, susu dan bahan lain hingga jadi adonan, mengaduk-aduk adonan itu, menaburkan tepung ke meja dan mengulen-ulen adonan ke meja (aduh, bahasa indonya nguleni apa ya, aku bingung) lalu memotong-motongnya menjadi bagian kecil, dibuat berbagai macam bentuk dengan olesan yang macam-macam. Tak Gu melihat tangan presiden yang cepat dan cekatan dalam membuat roti dan terpesona karenanya. dan saking asyiknya membuat roti, presiden tidak sadar kalau dia dilihat oleh Tak Gu. Tak Gu semakin terpana, roti selesai dibentuk dan dimasukkan ke tungku oven. Di dalam oven, rotinya mengembang dan matang (seneng banget liat rotinya mengembang, baru kali ini aya lihat, keren dan yummyy.. jadi lapar euy) dan melihat roti yang lezat itu, Tak Gu semakin melongo (kalo aku yang ada di situ udah ngeces dah) hahaha.... Karena tidak tahan mencium aroma sedap roti itu, Tak Gu nekat mendekati roti tanpa peduli di situ ada presiden. Tapi tiba-tiba dari belakang ada yang membekap mulut Tak Gu dan menyeretnya, ternyata dia Manager Han yang memang selalu mengawasi Tak Gu setiap saat sejak Tak Gu tinggal di rumah itu. Presiden menoleh karena mendengar suara berisik, tapi di belakangnya tidak ada apa-apa, presiden lalu melanjutkan membuat rotinya.

Tak Gu diseret paksa oleh Manager Han keluar rumah terlarang. Tak Gu ingin melawan tapi kekuatannya tidak seimbang dengan Manager Han. Tak Gu tidak menyerah dan ketika Manager Han lengah, dia langsung melepaskan diri dari Manager Han dan lari sekuat tenaga menuju rumah terlarang lagi!! Tak Gu berhasil sampai rumah terlarang dan karena lari terlalu kencang, dia tersandung kursi dan menjatuhkan nampan roti yang tentu saja berisi roti buatan presiden tadi. Presiden mendengar suara ribut, lalu keluar dan melihat Tak Gu jatuh terbaring dan di sampingnya berserakan roti-roti buatannya tadi.

Tak Gu shock presiden mendapati dirinya membuat kekacauan, dia melihat presiden takut-takut dan presiden melihatnya dengan dingin.

Sabtu, 04 Desember 2010

Kampung Naga

Inilah sekilas tentang Kampung Naga dari sisi Biologinya.

Kampung Naga
“Biologi”





Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang lebih 4 ha. Lokasi objek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya – Bandung melalui Garut, yaitu kurang lebih pada kilometer ke 30 ke arah Barat kota Tasikmalaya. Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali.
Kampung Naga memiliki beraneka macam Flora dan Fauna. Flora diantaranya adalah pohon Alba, pohon Aren, pohin pisang, pohon singkong, pohon kelapa, padi jagung dll. Dan Fauna diantaranya adalah kambing, ikan air tawar, kerbau, ayam dll. Kampung Naga juga memiliki satu hutan hujan tropis yang sangat dilindungi oleh seluruh warga. Hutan tersebut dianggap tabuh oleh para warga, maka tidak ada seorangpun yang diperbolehkan masuk ke hutan tersebut. Karena para warga berprinsip dalam bahasa setempat sebagai berikut : “ Leuweng Laon Rusaken Ruwaten jeng Rumaten “ yang artinya hutan jangan dirusak, tetapi dipelihara dan dijaga.
Flora di Kampung Naga yang paling utama atau pokok untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah Padi. Para warga memproduksi sendiri kebutuhan pokoknya itu. Dan ada beberapa jenis padi yang ditanam di Kampung Naga, diantaranya adalah :

1) Padi Jamblang
Padi jamblang ini ujungnya atau ekornya berwarna kuning
2)Padi Lokcan
Padi ini ujungnya berwarna hitam.
3)Padi Sreksrek
Padi ini ujung-ujungnya berwarna merah
4)Padi Cere
Padi ini keseluruhan berwarna hitam.
5)Padi Sari Kuning
6)Padi Goyot


Flora di Kampung Naga selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, juga dapat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan warga setempat. Salah satunya adalah daun Kapor digunakan untuk penyakit batuk. Dengan cara direbus lalu diminum air rebusannya.
Dan penelitian kami jatuh pada bunga berwarna putih yang kami temukan dibeberapa tempat di Kampung Naga yaitu di anak tangga ke 57, 175, 179 289 dan 391. Selain disekitar anak tangga kami juga menemukannya disekitar aliran sungai dan di sekitar kandang kambing. Dan kesimpulan kami adalah itu disebabkan karena pada daerah – daerah tersebut banyak terdapat sari – sari makanan yang dihasilkan dari kotoran kambing ataupun karena tanaman tersebut tercukupi akan kebutuhan kadar airnya.

Kampung Naga B. Indonesia

Inilah sedikit deskripsi tentang Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat.

KAMPUNG NAGA

Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang lebih 4 ha. Dengan luas perkampungan sekitar 1,5 ha. Lokasi obyek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya-Bandung melalui Garut, yaitu kurang lebih pada kilometer ke 30 ke arah Barat kota Tasikmalaya.
Dinamakan Kampung Naga bukan berarti di kampung itu terdapat naga. Dinamakan begitu karena kampung tersebut dikelilingi bukit, dan di Jawa Barat hal tersebut disebut Sa Nagawir. Dari kata Sanagawir yang diambil adalah kata naga sehingga dijuluki Kampung Nagawir atau mudahnya Kampung Naga.
Kampung Naga dihuni oleh sekelompok masyarakat yang beragama Islam, namun sangat kuat dalam memegang adat-istiadat peninggalan leluhurnya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyarakat modern.
Kampung Naga berada di bawah, yaitu dengan menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda Sengked) dengan anak tangga berjumlah lebih dari 400 dan dengan kemiringan 45 derajat. Di bawah tangga terdapat sungai Ciwulan dan di tepinya terdapat jalan setapak yang menyusuri sungai menuju Kampung Naga. Di tepi jalan setapak satu terdapat sungai Ciwulan dan di sisi satunya terdapat sawah yang terbentang luas dan rumah penduduk,kolam ikan,serta kandang-kandang hewan ternak, seperti kambing. Bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur.
Di dalam Kampung Naga terdapat rumah-rumah penduduk, masjid, balai pertemuan, lumbung padi. Atap bangunan di Kampung Naga terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagai penutup bumbungan. Dindind rumah dan bangunan lainnya terbuat dari anyaman bambu (bilik). Pintu bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan sehingga ketika matahari terbit, semua atap rumah bisa tersinari, dan jika hujan turun semua atap rumah terkena rintik air hujan. Selain itu, di Kampung Naga listrik tidak diperbolehkan masuk. Tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga.
Kehidupan yang tenang dengan pemandangan yang indah membuat setiap orang nyaman dan tentram. Hewan ternak, contohnya ayam yang dilepaskan membuat suasana tambah asri. Dengan orang-orang yang ramah yang berbahasa Sunda tetapi juga dapat berbahasa Indonesia, serta penjual makanan dari luar Kampung Naga dan penjual dari dalam Kampung Naga yang menjual cinderamata yang terbuat dari bambu atau bahan alami yang ada di sekitar Kampung Naga sebagai ciri khas dari Kampung Naga.

Kampung Naga ( PKn )

Kampung Naga
“Pendidikan Kewarganegaraan”

Didalam Kampung Naga, terdapat 2 sistem pemerintahan yaitu Sistem Pemerintahan Formal dan Sistem Pemerintahan Informal.

A.Sistem Pemerintahan Formal
Sistem pemerintahan Formal di Karmpung Naga terdiri dari :

a)RT (Rukun Tetangga) dijabat oleh Bapak Risman.
b)Kepala Dusun dijabat oleh Bapak Suharyo.
c)Kepala Desa dijabat oleh Bapak Sobirin.


B.Sistem Pemerintahan Informal
Sistem Pemerintahan Informal di Kampung Naga terdiri dari :

a)Kuncen
Kuncen disebut juga Kepala Suku. Tugasnya sebagai kepala dan pemangku adat dan dijabat oleh Bapak Ade Suherlin.
b)Punduh
Tugasnya adalah murus rakuh meres jaweh atau dalam Bahasa Indonesia artinya adalah mengayomi masyarakat. Dijabat oleh Bapak Ba’un.
c)Lebek
Tugasnya adalah mengurus jenazah dari awal sampai akhir menurut syariat Islam. Dijabat oleh Bapak Ateng.


Di Kampung Naga juga memiliki 113 bangunan yang terdiri dari 3 bangunan utama untuk kepentingan warga dan 110 bangunan rumah untuk warga. Setiap rumah diwakili 1 kepala keluarga jadi jumlah kepala keluarga disana sebanyak 110 kepala keluarga.